Selasa, 06 Januari 2009

In Depth: Europe's 10 Best Places To Live
------------------------
1. Zürich, Switzerland
2. Vienna, Austria (Tie)
2. Geneva, Switzerland (Tie)
4. Düsseldorf, Germany
5. Frankfurt, Germany (Tie)
5. Munich, Germany (Tie)
7. Bern, Switzerland
8. Copenhagen, Denmark
9. Amsterdam, The Netherlands
10. Brussels, Belgium

(dari dulu aquw emank pengen tinggaL di Swiss, tapi ga kesampeyan,, hikz...)
THE 50 CELEBRITY

1 Oprah Winfrey
2 Tiger Woods
3 Angelina Jolie
4 Beyonce Knowles
5 David Beckham
6 Johnny Depp
7 Jay-Z
8 The Police
9 J.K. Rowling
10 Brad Pitt
11 Will Smith
12 Justin Timberlake
13 Steven Spielberg
14 Cameron Diaz
15 David Letterman
16 LeBron James
17 Jennifer Aniston
18 Michael Jordan
19 Kobe Bryant
20 Phil Mickelson
21 Madonna
22 imon Cowell
23 Roger Federer
24 Alex Rodriguez
25 Jerry Seinfeld
26 Cent
27 Kanye West
28 Celine Dion
29 Bruce Willis
30 Dr. Phil McGraw
31 Tom Cruise
32 Jay Leno
33 Sean "Diddy" Combs
34 Stephen King
35 Miley Cyrus
36 Kimi Raikkonen
37 Jeff Gordon
38 Ronaldinho
39 Shaquille O'Neal
40 Judge Judy Sheindlin
41 Howard Stern
42 Tyler Perry
43 Fernando Alonso
44 Leonardo DiCaprio
45 Donald Trump
46 George Lucas
47 Keira Knightley
48 Jerry Bruckheimer
49 Nicolas Cage
50 Spice Girls
TOP TEN MOVIES

1.Bedtime Stories
2.The Curious Case of Benjamin Button
3.Marley & Me
4.The Tale of Despereaux
5.Yes Man
6.Doubt
7.The Day the Earth Stood Still
8.XXX
9.Slumdog Millionaire
10.Seven Pounds

Sabtu, 03 Januari 2009

Isu Kiamat di Tahun 2012

Di internet saat ini tengah dibanjiri tulisan yang membahas prediksi suku Maya yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala tentang kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012.

Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.

Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. ”Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti,” ujar Sri.

Langkah antisipatif

Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.

Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.

Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.

Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.

Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.

Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.

Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. ”Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi,” tutur Bambang.


Yuni Ikawati
Sumber : Kompas Cetak
(gw ambil neh news dari kompas.com, tulisan dari Yuni Ikawati)

(aneh ya... tapi ya ithu lha manusia... semua cuma bisa memprediksi,
tapi tetep ALLAH yang akan, dan selalu, menentukan segalanya... Wallahu alam dah... Who knows, apa yang bakal terjadi adalah sebuah misteri yang ga bakal pernah bisa kita ketahui)