Perjalanan setengah hati..
Menuju puncak tertinggi di tanah jawa..
Pendakian ke puncak Gunung Semeru yang telah lama direncanakan, akhirnya dapat terealisaikan. Pendakian kali ini bertepatan dengan hari kemerdekaan yang ke-66 yang juga jatuh pada bulan Ramadhan. Minggu, 14 Agustus 2011 selepas shalat dhuhur, tim pendakian yang berjumlah tujuh orang (Balon, Bambu, Lembek, Kemaitan, Mbak Joy, Mas Bob dan aku) bersiap berangkat dari kampus Politeknik Jember menuju Lumajang di desa Senduro tempat menginap sebelum pendakian. Kami sampai di Desa Senduro pukul 21.00 dan langsung menuju tempat menginap di sekretariat Pecinta Alam Semeru (PAS)
|
Di Resort RanuPane |
|
Puncak Ayak-Ayak |
Senin, 15 Agustus 2011 kami berangkat dari sekretariat PAS pukul 06.00 menuju ke pos pertama pendakian di Ranu Pane.Perjalanan yang ditempuh selama dua jam melewati pedesaan dan hutan-hutan. Sejenak kami menikmati indahnya Ranu Pane di pagi hari yang cerah kala itu. Ketua tim pendakian mengurus simaksi di pos ranu Pane. Selesai mengurus simaksi kami langsung menuju ke rumah salah satu penduduk sekitar untuk menitipkan sepeda motor kami karena kami memilih jalur pendakian melewati bukit ayak-ayak. Pendakian kami mulai pada pukul 10.15. Pukul 12.00 tepat kami sampai di puncak ayak-ayak. Jalan menanjak yang kami lalui terbayar dengan suguhan pemandangan alam yang indah di puncak ayak-ayak, Mahameru.. berdiri dengan gagahnya di bawah naungan langit biru. Sejenak kami melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan. Pukul 12.45 kami melanjutkan perjalanan dari puncak ayak-ayak menuju Ranu Kumbolo. Selama perjalanan kami hanya bertemu dengan para penduduk sekitar yang biasa memancing di Ranu Kumbolo, belum sekalipun kami bertemu pendaki lain melewati jalur ayak-ayak ini. Setelah turun dari ayak-ayak, padang savana menemani kami selama perjalanan ke ranu Kumbolo.
|
view Tanjakan Cinta |
Pukul 14.00 kami sampai di Ranu Kumbolo(2400 mdpl), surganya para pendaki. Ternyata sudah banyak pendaki yang telah mendirikan tenda di camp Ranu Kumbolo. Kami yang dari awal berencana bermalam di pos kalimati, harus rela meninggalkan keindahan ranu Kumbolo. Setelah mengambil persediaan air dan berpamitan dengan pendaki lain, tim kami langsung bersiap berangkat menuju kalimati. Perjalanan diawali dengan melewati tanjakan cinta yang sangat melegenda di Semeru (Agak berharap sih waktu di tanjakan cinta, hehe). Perjalanan dari tanjakan cinta ini langsung disambut dengan pemandangan savana oro oro ombo yang telah menghitam akibat terbakar karena kemarau panjang. Setelah melewati savana luas, kami memasuki cemoro kandang dimana mulai banyak vegetasi pohon, yang sebagian besar pohon cemara. Dari cemoro kandang perjalanan mulai sedikit menanjak. Disambut dengan rintik kabut di sore hari, pukul 17.00 kami sampai di pos ketiga pendakian, pos Kalimati, di ketinggian 2700mdpl. Kami langsung bergegas membagi tim menjadi dua kelompok, lima orang membangun tenda dan menyiapkan makan malam, sedang dua lainnya mengambil air di sumber mani, satu-satunya sumber air di Kalimati. Selesai menikmati makan malam, pukul 19.00 kami berkumpul dalam tenda untuk membicarakan keberangkatan ke puncak Mahameru esok harinya. Kami pun sepakat untuk langsung tidur karena untuk pendakian ke puncak kami berencana berangkat pukul 23.00 dari pos kalimati.
Keberangkatan tim Kami ke Puncak Mahameru, Selasa, 16 Agustus 2011 terlambat setengah jam dari jadwal yang direncanakan. Setelah berdoa dan bersiap-siap, pukul 23.30 dengan langkah mantab kami langsung berjalan menuju arah puncak Mahameru. Di awal perjalanan menuju puncak ini kami langsung disuguhi jalur yang menanjak. Perjalanan mulai terasa sangat berat dengan trek yang sangat menanjak. Pukul 00.30 kami sampai di pos terakhir para pendaki Arcopodo. Di Arcopodo hanya kami temui dua orang asing yang juga berencana naik pada malam itu juga. Tak kami lihat ada pendaki lain yang menyusul kami naik untuk menuju puncak tertinggi di tanah Jawa ini. Hawa pun terasa semakin dingin di ketinggian 2900 ini, peerjalanan dari arcopodo kami lanjutkan ke batas vegetasi terakhir di jalur pendakian, di cemoro tunggal, kami beristirahat sejenak melepas lelah dan menikmati jalur pendakian yang berubah dari tanah padat menjadi lautan pasir. Pukul 02.00 kami langsung melanjutkan perjalanan dari cemoro tunggal menuju jalur pendakian yang sebenarnya, tanah berpasir Mahameru yang menguji kekuatan fisik dan keteguhan mental para pendaki. Tiga langkahku mendaki, hanya untuk kembali ke langkah awalku. Benar saja belum sampai setengah perjalanan menuju ke Mahameru, fisikku sudah benar tidak mampu melanjutkan pendakian lagi. Bisa saja aku melanjutkan pendakian ini, dengan memaksakan fisik, tapi kulawan ego dalam diri karena akibatnya akan lebih paarah jika aku tetap memaksakan pendakian ini. Tak kuasa aku menahan air mata karena tinggal selangkah lagi namun tak sampai dapat kucumbui tanah pasir puncak abadi para dewa ini. Akhirnya aku memilih beristirahat di celah batu-batu, melindungi diri dari terpaan angin dingin di puncak Semeru ini. Ternyata tak hanya aku, dua orang temanku juga tak sanggup melanjutkan pendakian ini. Akhirnya hanya satu orang yang berhasil mencapai Mahameru. Sedangkan kami, enam orang lainnya hanya bisa menunggu kedatangan salah satu tim kami dari puncak Semeru. Penantian dan kegagalan kami tak sepenuhnya membuat kami menyesal, pemandangan dari tempat kami beristirahat ternyata sangat mengagumkan, karya agung Sang Pencipta dapat kami lihat langsung keindahannya.
Kami akhirnya memutuskan turun pada pukul 05.50, karena keadaan sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian. Perjalanan turun terasa sangat cepat, hanya dengan waktu dua setengah jam kami sudah sampai di pos Kalimati. Pukul 08.05, kami telah kembali ke Pos Kalimati. Setelah beristirahat dan sarapan selama dua setengah jam, kami bergegas membenahi barang-barang kami, dan bersiap kembali ke Ranu Kumbolo untuk camping bersama pendaki lain. Selama perjalanan kembali ke Ranukumbolo banyak sekali pendaki yang baru datang untuk melanjutkan pendakian dan beristirahat di Kalimati, persaudaraan begitu kental terasa walau kita tak saling kenal, namun alam yang menyatukan kita. Pukul 11.30 kami berangkat dari Kalimati, kabut menjadi teman selama perjalanan. Perjalanan menyibak kabut kami akhirnya kami buka dengan pemandangan Ranu Kumbolo yang tengah diselimuti kabut putih di sore hari. Kami langsung mencari lokasi untuk mendirikan tenda, dan lansung beristirahat. Malamnya kami dan para pendaki lainnya mengadakan rapat untuk pelasanaan acara upacara tujuh belas agustus keesokan harinya di Ranu Kumbolo.
Rabu, 17 Agustus 2011, pukul 07.45 upacara tujuh belas agustus di Ranu Kumbolo berlangsung dan terasa begitu khusuk. Dengan keindahan bentang alamnya dan kenikmatan yang diberikan alam pada kita para pendaki, membuat kami begitu terlarut dalam suasana haru. Rasa terimakasih pada Tuhan yang telah menciptakan keindahan alam yang begitu mengagumkan dan rasa cinta pada bumi pertiwi ini yang tak pernah lupa akan anak cucunya yang tinggal di tanah air tercinta ini, pasti terpatri pada diri masing-masing pendaki. Selesai dengan acara upacara yang sedehana namun penuh makna, kami melanjutkan aktivitas kami masing-masing, tak kulewatkan waktuku bersama teman-teman untuk merasakan dinginnya berendam di Ranu Kumbolo. Malam yang dingin datang tiba-tiba dan membawa kabutnya yang tebal turun menyelimuti Ranu Kumbolo. Kami para pendaki berkumpul dalam tenda dan saling bercengkerama satu sama lain. Tak lupa kami menyalakan api unggun untuk menambah hangat dan ramainya suasana di malam yang tertutup kabut. Suara nyanyian anak Rimba pun masih sayup-sayup terdengar menemani malam yang semakin larut.
Kamis, 18 Agustus 2011, pukul 09.00 tim kami baru saja membenahi barang-barang kami untuk persiapan kembali ke Jember. Sejenak kami masing-masing menikmati keindahan semeru dari Ranu Kumbolo dalam kesendirian masing-masing. Tak mau rasanya meninggalkan kenangan dan keindahan yang telah diberikan Semeru pada kami. Waktu pun akhirnya menjawab semua. Pendaki lain sudah banyak yang turun pada pagi sebelumnya. Kami pun berpamitan dengan pendaki yang masih ada disana, kemudian pukul 10.35 kami lansung berjalan pulang melewati jalur ayak-ayak lagi, dan perjalan pulang kali ini tentu saja lebih cepat dari perjalanan naik. Pukul 13.45 kami menuju tempat penitipan motor dan langsung pulang kembali ke Jember. Perjalanan pulang memang terasa melelahkan namun keindahan alam Semeru tidak akan pernah kami lupakan. Kami sampai di Jember pada pukul 21.30, semuanya kembali dengan selamat dengan membawa kenangan dan pengalaman baru.
Sebuah perjalanan yang mengajarkanku banyak hal..
Mengajarkan keteguhan hati..
Belajar melawan Ego..
Karena semua keindahan dan keagungan alam itu hanya berasal dari Sang
Pencipta alam raya ini..
.